CARA MENYIKAPI BENCANA
الْحَمْدُ للهِ القَوِيِّ المَتِينِ، سُبْحَانَهُ خَلَقَ الإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ، وَهَدَاهُ لِلْمَنْهَجِ القَوِيمِ، وَسَنَّ شَرَائِعَ فِيهَا القُوَّةُ وَالتَّمكِينُ، بِحِكْمَتِهِ نُؤْمِنُ، وَبِقُدْرَتِهِ نُوقِنُ، عَلَيْهِ نَتَوَكَّلُ، وَإِيَّاهُ نَستَعِينُ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى بِمَا هُوَ لَهُ أَهْلٌ مِنَ الْحَمْدِ وَأُثْنِي عَلَيْهِ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيَّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، لَمْ يَزَلْ مُتَوَكِّلاً عَلَى رَبِّهِ، وَاثِقًا بِوَعدِهِ، اللهم فصل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان الى يوم الدين. اما بعد:
فيآايهالناس, إتقواالله حق تقاته ولاتموتن الا وانتم مسلمون
Kaum muslimin rahimakumullah….
Pertama-tama, khatib berwasiat kepada diri pribadi khususnya dan kepada jama’ah, marilah kita selalu meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita pada Allah dengan berupaya secara maksimal untuk melaksanakan apa saja perintah-Nya yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul saw. Pada waktu yang sama kita dituntut pula untuk meninggalkan apa saja larangan Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga sunnah Rasul Saw. Hanya dengan cara itulah ketaqwaan kita mengalami perbaikan dan peningkatan.
Kaum Muslimin rahimakumullah….
Beberapa tahun belakangan ini, kita sering disuguhkan (baik melalui media cetak/Koran dan majalah) maupun melalui media elektronik (televise/radio) berbagai peristiwa (lebih tepatnya musibah/bencana) besar yang menimpa negeri ini. Peristiwa-peristiwa besar (bencana alam) itu bahkan juga menimpa hampir disemua kawasan di atas bumi ini. Berbagai bencana alam seperti, gempa bumi, banjir besar, banjir bandang, tsunami, berbagai penyakit yang mewabah dan sebagainya seakan telah menjadi kejadian biasa.
Yang sangat menyedihkan dari semua bencana itu adalah, bahwa semua peristiwa besar tersebut dipandang hanya sebagai sebuah peristiwa alam yang terjadi begitu saja, yang terjadi tanpa ada kaitannya dengan kehendak Allah Ta’ala dan tanpa ada kaitannya dengan pembangkangan manusia terhadap Allah Tuhan Pencipta mereka.
Hal tersebut dapat kita lihat dari ungkapan-ungkapan dan opini yang berkembang dalam masyarakat yang mengandung semangat melawan bencana-bencana besar tersebut dengan cara membangun rumah dan gedung tahan gempa, tekhnologi pendeteksi tsunami, kanal-kanal raksasa pengendali banjir, hujan buatan untuk mengatasi kekeringan, menciptakan vaksin anti berbagai virus yang menyebar di berbagai penjuru dunia dan sebagainya dan sebagainya. Apa yang diberitakan, didiskusiakan, dan yang dilakukan oleh para ahli sepertinya sama sekali tidak mencerminkan hubungan semua peristiwa itu dengan Allah Rabbul Alamin.
Kaum Muslimin rahimakumullah….
Kalau kita mentadabburkan, merenungi, dan menghayati ayat-ayat Al-Qura’an terkait bencana alam yang menimpa berbagai umat sebelum kita, sejak zaman nabi Nuh As, Ibrahim As, Luth As, Syu’aib As, Sholeh As, Musa As, dan sebagainya, kita akan mendapatkan dua cara pandang manusia terhadap peristiwa-peristiwa/musibah yang terjadi di atas bumi ini.
Pertama, cara pandang orang-orang yang kufur kepada Allah dan Rasul-Nya. Cara pandang orang-orang seperti ini adalah cara pandang orang yang sombong pada Allah dan tidak mengenal Tuhan Pencipta alam dengan sebenarnya. Cara pandang orang-orang sekular seperti ini tidak mampu melihat kaitan antara Tuhan dengan hamba, antara agama dengan kehidupan dan antara dunia dengan akhirat.
Manusia semacam ini adalah manusia yang tidak pernah mau dan tidak mampu menjadikan berbagai peristiwa alam tersebut sebagai pelajaran dan sebagai bukti kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Mereka bukannya mengoreksi diri dan kembali kepada Allah, melainkan mereka semakin bertambah kesombongannya dan mereka semakin membangkang terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya. Hal seperti ini dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an, dii antaranya dalam surat Ghafir / 40 : 21 – 27 :
أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ كَانُوا مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا هُمْ أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَآَثَارًا فِي الْأَرْضِ فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَاقٍ (21)
Artinya : "Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah"
Kedua, cara pandang orang-orang yang beriman kepada Allah dan para Rasulnya.
Apa saja peristiwa alam yang terjadi mereka kembalikan semuanya kepada kehendak dan kekusaan Allah, mereka hadapi dengan hati yang penuh iman, tawakakal, sabar dan tabah serta mereka lihat sebagai sebuah ujian dan musibah untuk menguji kualitas keimanan dan kesabaran mereka, atau bisa juga sebagai teguran Allah atas kelalaian dan dosa yang mereka lakukan.
Selain itu, semua peristiwa yang menimpa manusai mereka jadikan sebagai momentum terbaik untuk mengoreksi diri (taubat) agar lebih dekat kepada Allah dan Rasul-Nya. Pada saat yang sama merekapun meninggalkan larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya.
Mereka inilah orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah. Seperti yang di jelaskan di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 155 – 157 :
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم, بسم الله الرحمن الرحيم
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157
Artinya : (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun (seusngguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami sedang menuju kemabali kepada-Nya) (156) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Kaum Muslimin rahimakumullah….
Al-Qur’an dengan tegas menjelasakan bahwa sebab utama terjadinya semua peristiwa di atas bumi ini, apakah gempa bumi, banjir, kekeringan, tsunami, penyakit tha’un (mewabah) dan sebagainya adalah disebabkan ulah manusia itu sendiri, baik yang terkait dengan pelanggaran sisitem Allah yang berlaku di permukaan bumi ini, maupun yang terkait dengan sistem nilai dan keimanan yang telah Allah tetapkan bagi hamba-NYA.
Semua pelanggaran tersebut (pelanggaran sunnatullah di alam semesta dan pelanggaran syariat Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya), akan mengakibatkan kemurkaan Allah. Kemurkaan Allah tersebut direalisasikan dengan berbagai peristiwa seperti gempa bumi, tsunami dan seterusnya. Semakin besar pelanggaran manusia atas sistem dan syariat Allah, semakin besar pula peristiwa alam yang Allah timpakan pada mereka. Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an :
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم, بسم الله الرحمن الرحيم
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (40
Artinya : “Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.(Q.S. Al-Ankabut / 29 : 40)
Kaum msulimim rahimakumullah…
Melalui ayat-ayat Al-Qur’an tersebut jelaslah bagi kita bahwa :
- Semua peristiwa dan bencana yang kita saksikan di atas bumi dan alam semesta ini tidak terjadi begitu saja, melainkan sesuai kehendak dan ketentuan Tuhan Penciptanya, yakni Allah Ta’ala.
- Berbagai persitiwa dan bencana itu disebabkan kedurahakaan dan kesombongan manusia terhadap Allah dan syari’at Allah serta berbagai dosa-dosa yang mereka lakukan. Lalu Allah menurunkan berbagai azab atas mereka.
- Orang-orang kafir, orang-orang yang sombong dan ingkar pada Allah dan Rasul-Nya melihat berbagai peristiwa tersebut murni hanya sebagai peristiwa alam biasa yang terlepas dari kehendak dan sekenario Allah.
- Sebaliknya, orang-orang beriman akan melihat semua peristiwa yang terjadi merupakan ujian dan teguran dari Allah. Mereka akan segera kembali dan bertaubat kepada Allah. Semakin taat pada aturan Allah, baik yang terkait dengan sunnatullah maupun syari’at Allah dan Rasul-NYA.
- Sistem Allah terkait dengan imbalan (pahala) dan hukuman (punishment) bukan hanya terjadi di akhirat, melainkan sudah Allah terapkan di dunia. Setiap kebaikan yang dibangun di atas dasar iman pada Allah dan ketaatan pada-Nya dan Rasul-Nya akan berakibat keberkahan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat. Sebaliknya, setiap pelanggaran sistem Allah yang terkait dengan keimanan, syari’ah, akhlak, sunnatullah dan sebabgainya akan berakibat kepada kemurkaan Allah melalui berbagai bencana yang Allah timpakan kepada manusia. Mari kita renungkan firman Allah dalam QS. Al A’raf : 96 :
Artinya : “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka menolak (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(96)
Kaum Muslimin rahimakumullah….
Demikianlah khutbah singkat ini semoga bermanfaat bagi kita dalam menjalankan kehidupan dunia yang sementara ini. Semogaa Allah selalu membimbing kita ke jalan-Nya yang lurus, yaitu jalan para nabi, shiddiqin, syuhada dan sholihin.