Jumat, 03 Desember 2010

PESAN RAMADHAN


Pesan-pesan Ramadhan
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا والحمد لله كثيرا وسـبحان الله بكرة وأصيلا, لآ اله إلا الله ولانعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولوكره الـكافرون. لآاله إلا الله وحده, صدق وعده, ونصر عبده, وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده. لآاله إلا الله والله اكـبر, ألله أكبر ولله الحمد.
الحمد لله جعل الأعياد موسما للخيرات, وجعل لنا ما فى الأرض جميعا للعمارة وزرع الحـسنات. أشهد ان لآ اله إلا الله وحده لا شريك له, وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله. اللهم فصل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله وأصحابه أهل الصدق والكـرام.
أما بعد. فيآ أيها الناس ! اوصيكم ونفسي بتقوى الله, واتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا و أنتم مسلمون. واعلموا ان يومكم هذا يوم عظيم وهو العيد المبارك, أحل الله فيه لكم الطعام وحرم الصيام.
Jama’ah Shalat Idul fithri Rahimakumullah,,,
Ketika mentari bumi tenggelam di ufuk barat menandakan Ramadhan tahun 1430 H. telah berakhir. Seiring dengan berakhirnya Ramadhan terdengar gema takbir, tahmid, tasbih, dan tahlil sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang kita peroleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh di siang hari dan melaksanakan shalat di malam harinya dengan penuh rasa keimanan dan hanya mengharap ridho Allah. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَلِتُكْمِلُوااْلعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوااللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ ولَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Rasulullah SAW pun bersabda:
من صـام رمضان إيمانا واحتسـابا غفر له ما تقدم من ذنبه.
Siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap ridho Allah pasti akan diampuni segala dosanya yang telah lalu.”
Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai pengakuan atas kebesaran dan keagungan Allah SWT. Kalimat tasbih dan tahmid, kita tujukan untuk mensucikan Tuhan dan segenap yang berhubungan dengan-Nya. Sementara kalimat tahlil kita lantunkan untuk memperkokoh keimanan kita bahwa Dialah Dzat yang maha Esa dan maha kuasa. Seluruh alam semesta ini tunduk dan patuh kepada perintah-Nya. Tidak lupa puji syukur juga kita tujukan atas Rahman dan Rahim-Nya yang diberikannya kepada kita.
Jika kita bayangkan sejenak bagaimana kondisi saudara-saudara kita yang tidak seberuntung kita pada hari ini. Ada saudara kita yang sedang terbaring sakit sehingga tidak dapat menunaikan ibadah puasa dan melaksanakan shalat idul fitri. Ada pula saudara kita yang terpaksa harus merayakan hari bahagia ini di medan pertempuran dan jauh dari anggota keluarganya. Ada juga saudara kita kaum muslim yang harus merayakan lebaran ini di tempat-tempat pengungsian. Betapa irinya mereka semua terhadap apa yang kita rasakan.
Di sela-sela takbir, tahlil, tahmid, dan tasbih yang kita kumandangkan ada terbersit rasa haru dan penyesalan yang muncul di hati kita, terutama bagi mereka yang telah ditinggal oleh orang tuanya, oleh sanak saudaranya, atau telah ditinggal oleh orang-orang yang dicintainya. Terbayang ketika mereka masih hidup, biasanya kita datang dan duduk bersimpuh di pangkuan orang tua kita seraya menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan dan kekhilafan kita sebagai anak yang sering kali melukai hati dan perasaan mereka. Kita mengucapkan terima kasih atas perjuangan dan pengorbanan besar mereka kepada kita tanpa mengharapkan imbalan dan balas dan jasa. Oleh karenanya di pagi yang fithri ini kita memohon kepada Allah SWT agar Allah SWT mengampuni dosa dan kesalahan mereka dan menyayangi mereka seperti mereka menyayangi kita di waktu kita kecil dahulu.
Jama’ah Shalat Idul fithri Rahimakumullah,,,

Ramadhan berlalu sudah, menyisakan sepenggal duka di hati insan yang beriman karena harus berpisah dengan bulan yang penuh keberkahan dan kebaikan. Terbayang saat-saat yang sarat dengan ibadah; berpuasa, shalat tarawih, tadarus Al-Qur`an, dzikir, istighfar, sedekah, dan memberi makan orang yang berbuka… Rumah-rumah Allah Subhanahu wa Ta'ala dipenuhi jamaah, majelis-majelis dzikir dan ilmu, dipadati hadirin. Mengingat semua itu, tersimpan satu asa dan harapan: Andai setiap bulan dalam setahun adalah seluruhnya Ramadhan. Namun Allah SWT telah menetapkan segala sesuatu dengan hikmah-Nya. Yang tersisa hanyalah satu kata dan pertanyaan: Adakah umur kita akan sampai di tahun mendatang untuk dapat bersua kembali dengan Ramadhan?
اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama’ah Shalat Idul fithri Rahimakumullah,,,


Setelah satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa, maka sudah sepantasnya pada hari yang bahagia ini kita bergembira, merayakan sebuah momentum kemenangan dan kebahagiaan berkat limpahan rahmat dan maghfiroh-Nya sebagaimana yang tersurat dalam sebuah hadis Qudsi:
اِذَا صَامُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ وَخَرَجُوْا اِلىَ عِيْدِكُمْ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالىَ: يَا مَلاَئِكَتِى كُلُّ عَامِلٍ يَطْلُبُ اُجْرَهُ اَنِّى قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَيُنَادِى مُنَادٌ: يَا اُمَّةَ مُحَمَّدٍ اِرْجِعُوْااِلَى مَنَازِلِكُمْ قَدْ بَدَلْتُ سَيِّئَاتِكُمْ حَسَنَاتٍ فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: يَا عِبَادِى صُمْتُمْ لِى وَاَفْطَرْتُمْ لِى فَقُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُمْ
Artinya: “Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan hari raya kamu sekalian maka Allah pun berkata: ‘Wahai Malaikatku, setiap orang yang mengerjakan amal kebajikan dan meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka’. Sesorang kemudian berseru: ‘Wahai ummat Muhammad, pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan’. Kemudian Allah pun berkata: ‘Wahai hambaku, kalian telah berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka bangunlah sebagai orang yang telah mendapatkan ampunan.”
اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Hadirin wal Hadirot, Jama`ah Idul Fithri yang berbahagia
Seiring dengan berlalunya Bulan suci Ramadhan, banyak pelajaran, hukum, hikmah, faidah dan fadhilah yang dapat kita petik untuk menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan kita dimasa yang akan datang. Jika bisa diibaratkan, Ramadhan adalah sebuah madrasah. Sebab selama lebih kurang 14 jam x 30 hari dimulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, segala sesuatu yang semula halal maka berubah menjadi haram. Makan dan minum yang semula halal bagi manusia di sepanjang hari, maka di bulan Ramadhan menjadi haram. Sementara dari aspek sosial, semua orang pasti pernah merasa kenyang tapi sebaliknyua tidak semuanya pernah merasakan lapar.
Ramadhan yang telah meninggalkan kita setidaknya telah meninggalkan 3 (tiga) pesan dan amanat yang sudah semestinya kita pegang teguh dan kita laksanakan bersama dengan penuh kesadaran, kesabaran dan penuh tanggungjawab.
Pesan yang pertama adalah Pesan Moral ( Tahdzibun Nafsi)
Artinya, kita harus selalu waspada dan mawas diri pada musuh terbesar umat manusia, yakni hawa nafsu sebagai musuh yang tidak pernah berdamai. Ketika Rasulullah SAW dan kaum muslimin baru kembali dari perang Badar yang sangat dahsyat beliau bersabda: رجعنا من جهاد الأصغر الى جهاد الأكبر . Kita baru saja kembali dari pepeprangan yang kecil dan ringan kepada peperangan yang sangat besar dan dahsyat. Para sahabatpun sontak bertanya: Wahai Rasulullah, peperangan apakah yang anda maksudkan? Beliau menjawab : Jihad atau peperangan yang paling besar adalah jihad melawan diri sendiri.
Di dalam kitab Madzahib fît Tarbiyah diterangkan bahwa di dalam diri setiap manusia terdapat nafsu/naluri sejak ia dilahirkan. Yakni naluri marah, naluri pengetahuan dan naluri syahwat. Dari ketiga naluri ini, yang paling sulit untuk dikendalikan dan dibersihkan adalah naluri Syahwat.
Hujjatul Islam, Abû Hâmid al-Ghazâlî berkata: bahwa pada diri setiap manusia terdapat empat sifat, tiga sifat diantaranya berpotensi untuk menghancurkan dan mencelakakan manusia, sementara hanya satu sifat berpotensi mengantarkan manusia menuju pintu kebahagiaan. Pertama, sifat kebinatangan (بَهِيْمَةْ); Sipat ini ditandai dengan perbuatan  menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tanpa ada rasa malu. Kedua, sifat buas (سَبُعِيَّةْ) ; Sipat ini ditandai dengan banyaknya kezhaliman dan sedikit keadilan. Yang kuat selalu menang sedangkan yang lemah selalu kalah meskipun benar. Ketiga sifat syaithaniyah; Sipat ini ditandai dengan selalu mempertahankan dan memperturutkan  hawa nafsu yang pada akhirnya akan dapat menjatuhkan dan merendahkan martabat manusia kepada kondisi yang serendah-rendahnya.
Jika ketiga tiga sifat ini lebih dominan atau lebih mewarnai dan menguasai diri manusia atau sebuah masyarakat atau bangsa, niscaya akan terjadi sebuah perubahan tatanan sosial yang sangat mengkhawatirkan. Dimana keadilan akan tergusur oleh kezhaliman, hukum bisa dibeli dengan uang, undang-undang bisa dipesan dengan Dollar, sulit membedakan mana yang hibah atau pemberian dan mana yang suap atau sogokan. Para penguasa lupa akan tanggungjawabnya, sementara rakyat tidak sadar akan kewajibannya. Seluruh tempat akan dipenuhi oleh keburukan dan kebobrokan sementara kebaikan menjadi sesuatu yang terasa asing, ketaatan akhirnya dikalahkan oleh kemaksiatan dan seterusnya dan seterusnya.
Sedangkan satu-satunya sifat yang membahagiakan adalah sifat rububiyah (رُبُوْبِيَّةْ); yang ditandai dengan keimanan, ketakwaan dan kesabaran yang telah kita bina bersama-sama sepanjang bulan Ramadhan. Orang yang dapat dengan baik mengoptimalkan sifat rububiyah di dalam jiwanya niscaya jalan hidupnya disinari oleh cahaya Al-Qur’an, prilakunya dihiasi budi pekerti yang luhur (akhlaqul karimah). Selanjutnya, ia akan menjadi insan muttaqin, insan yang disinari dengan cahaya Ramadhan, insane yang menjadi harapan setiap orang. Insan yang dalam hari raya ini menampakkan tiga hal sebagai pakaiannya: menahan diri dari hawa nafsu, memberi ma`af dan berbuat baik pada sesama manusia sebagaimana firman Allah:
وَاْلكَاظِمِيْنَ اْلغَيْظَ وَاْلعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ اْلمُحْسِنِيْنَ
…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imran: 134)
Bapak-bapak dan ibu-ibu Jama`ah Idul Fithri yang berbahagia…
Pesan kedua adalah pesan sosial
Pesan sosial Ramadhan ini terlukiskan dengan indah indah justru pada detik-detik akhir Ramadhan dan gerbang menuju bulan Syawwal. Dimana, ketika umat muslim mengeluarkan zakat fithrah kepada Ashnafuts Tsamaniyah (delapan kategori kelompok masyarakat yang berhak menerima zakat), terutama kaum fakir miskin akan tampak bagaimana tali silaturrahmi serta semangat untuk berbagi demikian nyata terjadi. Kebuntuan dan kesenjangan komunikasi dan tali kasih sayang yang sebelumnya sempat terlupakan tiba-tiba saja hadir, baik di hati maupun dalam tindakan. Semangat zakat fitrah ini melahirkan kesadaran untuk tolong menolong (ta`awun) antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin, antara orang-orang yang hidupnya berkecukupan dan orang-orang yang hidup kesehariannya serba kekurangan, sejalan hatinya sebab كُلُّكُمْ عِيَالُ اللهِ , kalian semua adalah ummat Allah.
Dalam kesempatan ini orang yang menerima zakat juga akan merasa terbantu beban hidupnya sedangkan yang memberi zakat mendapatkan jaminan dari Allah SWT; sebagaimana yang terkandung dalam hadis Qurthubi:
اِنّىِ رَأَيْتُ اْلبَارِحَةَ عَجَباً رَأَيْتُ مِنْ اُمَّتِى يَتَّقِى وَهَجَ النَّارَ وَشِرَرَهَا بِيَدِهِ عَنْ وَجْهِهِ فَجَائَتْ صَدَقَتُهُ فَصَارَتْ سِتْرًا مِنَ النَّارِ
Artinya: “Aku semalam bermimpi melihat kejadian yang menakjubkan. Aku melihat sebagian dari ummatku sedang melindungi wajahnya dari sengatan nyala api neraka. Kemudian datanglah shadaqah-nya menjadi pelindung dirinya dari api neraka.”
Jama’ah sholat Idul Fitri as’adakumullah …
Pesan ketiga adalah pesan jihad
Jihad yang dimaksud di sini, bukan jihad dalam pengertiannya yang sempit; yakni berperang di jalan Allah dengan cara mengangkat senjata saja, akan tetapi jihad dalam pengertiannya yang utuh, yaitu:
بَذْلُ مَاعِنْدَهُ وَمَا فِى وُسْعِهِ لِنَيْلِ مَا عِنْدَ رَبِّهِ مِنْ جَزِيْلِ ثَوَابِ وَالنَّجَاةِ مِنْ اَلِيْمِ عِقَابِهِ
Mengecilkan arti segala sesuatu yang dimilikinya demi mendapatkan keridhaannya, mendapatkan pahala serta keselamatan dari Siksa-Nya.”
Pengertian jihad ini lebih komprehensif, karena yang dituju adalah mengorbankan segala yang kita miliki, baik tenaga, pikiran, harta benda, atau bahkan jiwa kita untuk mencapai keridhaan dari Allah SWT; terutama jihad melawan diri kita sendiri yang disebut sebagai Jihadul Akbar, jihad yang paling besar. Dengan demikian, jihad akan terus hidup di dalam jiwa ummat Islam baik dalam kondisi peperangan maupun dalam kondisi damai. Jihad tetap dijalankan.
Mengingat adanya aliran Islam yang mengkampanyekan jihad dengan senjata di negara damai Indonesia ini, maka perlu untuk ditekankan lebih dalam bahwa jihad seharusnya dilandasi niat yang baik dan dipimpin oleh kepala pemerintahan, bukan oleh kelompok atau aliran tertentu. Jangan sampai dengan mengatasnamakan kesucian agama, tetapi tidak bisa memberikan garansi bagi kemaslahatan umat Islam. Islam haruslah didesain dan bergerak pada kemaslahatan masyarakat demi mencapai keridhaan Allah dan kemajuan ummat. Pengalaman pahit salah mengartikan jihad akan menjadikan Islam dipandang sebagai agama teroris. Padahal Islam sebenarnya adalah rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamin), agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kedamaian.
Dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini, jihad yang kita butuhkan bukanlah jihad dengan mengangkat senjata. Akan tetapi jihad yang kita butuhkan adalah jihad dalam mengendalikan diri dan mendorong terciptanya sebuah sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sejahtera serta bersendikan atas nilai-nilai agama dan ketaatan kepada Allah SWT.
Hadirin wal hadirat Jama`ah Sholat Idul Fitri rahimakumullah
رُوِىَ اَنَّ بَعْضَ الصَّحَابَةِ قَالُوْا يَا نَبِيَّ اللهِ لَوَدَدْنَا اَنْ نَعْلَمَ اَيَّ التِّجَارَةِ اَحَبُّ اِلَى اللهِ فَنَتَجَرُّ فِيْهَا فَنُزِلَتْ
يآاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلىَ تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ. تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَتُجَاهِدُوْنَ فِى سَبِيْلِ اللهِ بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْ ذَالِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهَا اْلاَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِى جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ اْلفَوْزُ اْلعَظِيْمُ
Diriwayatkan bahwa sebagian sahabat mendatangi Rasulullah. Ketika berjumpa, salah seorang dari mereka berkata: “Wahai Nabi Allah, kami ingin sekali mengetahui bisnis apa yang paling dicintai oleh Allah agar kami bisa menjadikannya sebagai bisnis kami”. Kemudian diturunkan ayat:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS Ash-Shaff:10-12)
Dalam konteks sosial masyarakat kita saat ini, dimana masih banyak sektor sosial yang perlu pembenahan lebih lanjut. Maka makna jihad harus mengacu pada pengentasan dan penyelesaian masalah-masalah sosial. Oleh sebab itu, sudah selayaknya pada momentum lebaran saat ini, bukan hanya pakaian dan alat-alat yang baru akan tetapi gagasan-gagasan baru juga harus lebih dikedepankan untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial yang selama ini membelenggu kemajuan umat Islam Indonesia pada khususnya dan bangsa dan negara Indonesia pada umumnya.
لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَديدَ وَلَكِنَّ الْعِيْدَ لِمَنْ طَاعَتُهُ تَزِيْدُ
Artinya : “Hari Raya itu bukanlah pada pakaian baru, melainkan Hari Raya itu bagi orang yang bertambah ketaatannya keada Allah SWT.”
اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Hadirin wal hadirat Jama`ah Sholat Idul Fitri as’adakumullah …
Demikianlah tiga pesan yang disampaikan oleh Ramadhan. Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama memikul tanggung jawab untuk merealisasikan ketiga pesan ini ke dalam bingkai kehidupan nyata. Marilah kita bersama-sama mengendalikan hawa nafsu kita sendiri, untuk tidak terpancing pada hal-hal yang terlarang dan merugikan orang lain; menjalin hubungan silaturrahim serta kerjasama sesama muslim tanpa membeda-bedakan status sosial, serta menyandang semangat jihad untuk membangun sebuah sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sejahtera.
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ ربِّهِ ونَهَيَ النَّفْسَ عَنِ اْلَهوَى فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ اْلمَأْوَى

Artinya : “ Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan dirinya dari hawa nafsu, maka sesungguhnya surga itulah tempatnya.”

 بارك الله لي ولكم فى القرآن الكريم, ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكرالحكيم, وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هوالسميع العليم. أقول قولي هذا وأستغفرالله العظيم لي ولكم, ولسـآئر المسلمين والمسلمات, والمؤمنين والمؤمنات, فاستغفروه! إنه هوالغفور الرحيم.
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ.
اْلحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَِثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى عنه وَزَجَرَ.وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ المسبحة بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى مخبرا عليما: اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللهُمَّ على اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وعلينا مَعَهُمْ وفيهم بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءَ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Rabu, 01 Desember 2010

PUASA RAMADHAN


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي جعل رمضان سيد الشهور, الذي انزل فيه القرآن. فعظم قدره بذالك ورفعه, وأجـزل فيه الإحسـان بفتح الجنان. أشهد ان لآ اله إلا الله وحده لا شريك له, وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله, بما يرخى ربه قد قام وصام رمضان خالصا لوجه الله حير صيام.
 اللـهم صل وسلم وبارك على سيدنا ومولانا محمد وعلى آله وأصحابه الذين أراد الله لهم الهداية فشرح صدورهم للإسـلام أسكنهم الله فسيح الجنان. أما بعد:    
فيآأيها الناس: اوصيكم ونفسي بتقوى الله عز وجل. واتقواالله حق تقاته ولاتموتن إلا وأنتم مسلمون.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم, بسم الله الرحمن الرحيم:
يآايهاالذين ءامنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون

Melalui mimbar yang mulia ini saya berwasiat kepada diri saya khususnya dan kepada jamaa’ah untuk selalu memperbaharui serta meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Swt. Yaitu dengan jalan melaksanakan berbagai perintah-Nya dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya.
Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah ….
Kesempatan shalat Jum’at pada hari ini adalah satu kesempatan yang istimewa karena hari ini adalah Jum’at terakhir dalam hitungan bulan Sya’ban 1428 H. yang berarti hari Jum’at yang akan datang Insya Allah kita sudah berada di bulan suci Ramadhan. Sudah semestinya kita bergembira karena (dengan izin Allah) Insya Allah kita akan dipertemukan dengan bulan yang di dalamnya terdapat Rahmat, Maghfirah, dan ‘Itqun minannar. Serta  bulan yang diistimewakan dengan Lailatul Qadr  yang bernilai sebanding dengan seribu bulan. 

Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah ….
            Jika kita berbicara tentang perintah puasa ternyata bukan hanya berbicara tentang agama Islam saja melainkan kita akan berbicara tentang agama sebelum Islam.
Ayat Al Quran yang terdapat di dalam surat Al Baqarah ayat 183 di atas dengan tegas menyatakan bahwa puasa merupakan ibadah universal (menyeluruh) yang diperintahkan Allah Swt. kepada seluruh agama langit (samawi) yang pernah hadir di muka bumi ini. Hal ini ditandai dengan kalimat   كما كتب على الذين من قبلكم . Maka tidaklah mengherankan jika puasa telah dipraktekkan oleh manusia sepanjang sejarah peradabannya, terlepas dari tata cara dan tujuan pelaksanaannya.



Dalam aliran filsafat Romawi Kuno puasa merupakan salah satu jalan untuk meraih kembali sifat primordial manusia. Bagi agama Hindu puasa merupakan keharusan untuk memasuki satu upacara keagamaan. Bagi agama klasik Cina puasa dikenal dengan istilah Chai (ritual puasa fisik) yang kemudian disempurnakan oleh aliran Taoisme yang dikenal dengan istilah Hsin Chai (puasa fisik dan jiwa). Begitupun kepada umat Yahudi dan Nasrani diwajibkan kepada mereka untuk berpuasa pada bulan Ramadhan tetapi mereka mengganti waktu puasa tersebut ke dalam bulan Rb. Awwal dan Rb. Tsani dikarenakan pada bulan Ramadhan cuaca sangat panas. Dan bagi kita umat Islam puasa Ramadhan tentunya merupakan salah satu bentuk ketataan kita kepada Allah Swt.
Pertanyaan yang relevan kita ajukan adalah, mengapa Allah Swt memerintahkan puasa kepada seluruh umat manusia? Jawabannya adalah karena di dalam puasa (khususnya puasa Ramadhan)  banyak terkandung manfaat dan pelajaran yang sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah ….
Pada kesempatan yang singkat ini saya tidak akan membahas puasa tidak dari aspek Fikih Ibadanya akan tetapi saya akan membahasnya dari segi Fikih Sosialnya
Beberapa manfaat dan pelajaran yang dapat kita ambil dari ibadah puasa Ramadhan:
  1. Puasa merupakan tanda syukur seorang hamba kepada Allah Swt. atas berbagai nikmat yang telah diberikan-Nya. Nikmat diberi hidup dengan segala perbekalannya, nimat sehat jasmani dan rohani, dan yang paling berharga adalah nikmat iman dan nikmat Islam. Kita tidak akan pernah dapat menghitung jumlah nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita.
وءاتاكم من كل ماسألتموه,وإن تعدوا نعمت الله لاتحصوها إن الإنسان لظلوم كفار

“Dan Dia telah memberikan kepadamu  (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkaan kepadaNya. Dan jika kamu akan menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah) (QS. Ibrahim : 34)

Syukur kepada Allah bukan hanya mengucapkan Alhamdulillah. Akan tetapi makna syukur yang sebenarnya adalah menggunakan dan memanfaatkan segala apa yang diberikan oleh Allah untuk jalan yang diridhoi Allah.


  1. Puasa disyari’atkan oleh Allah Swt. bertujuan untuk melatih diri manusia agar memiliki kemampuan untuk dapat mengendalikan diri dan hawa nafsunya. Drama dikeluarkannya Nabi Adam As. dari surga dilatarbelakangi oleh ketidakmampuan Nabi Adam As. dalam mengendalikan nafsu kemanusiaannya (basyariahnya).
فوسوس اليه الشيطان فقال يآادم هل أدلك على شجرة الخلد وملك لا يبلى
Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata : “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi (keabadian) dan kerajaan yang tidak akan binasa? ”. (QS. At Taubah; 120)

Pesan inti dari ayat di atas adalah bahwa orang yang tidak mampu mengendalikan dirinya dari godaan hawa nafsu duniawi (kecenderungan subjektif materialis) akan mengalami kejatuhan moral spiritual. Kemampuan mengendalikan hawa nafsu itu tidak hanya dituntut pada bulan Ramadhan saja melainkan juga pada bulan-bulan yang lainnya. Sering kita saksikan disekitar kita disebabkan oleh harta dan kekayaan manusia saling bermusuhan, karena jabatan dan kekuasaan manusia saling menghina dan bahkan ada yang sampai saling membunuh. Sebabnya adalah karena manusia seringkali didominasi oleh sifat rakus, tamak dan tidak mau kehilangan fasilitas yang dimilikinya, serta tidak berhasil mengendalikan hawa nafsunya.
  1. Di bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk tidak hanya meningkatkan kesalehan individu kita kepada Allah Swt. (Hablumminallah) tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah meningkatkan kualiatas dan kuantitas kesalehan sosial kita (hablumminannas). Kita harus sadar bahwa prestasi spiritual (kedekatan kita dengan Allah) hanya dapat diraih jika kita memiliki prestasi sosial (hubungan yang baik kepada sesama manusia) yang kita persembahkan hanya kepada Allah Swt.
Seringkali orang berjuang mati-matian untuk memperoleh karcis ke surga. Shalatnya tidak pernah ditinggalkan begitu juga dengan haji setiap tahun selalu dilaksanakan. Setiap majlis dzikir selalu diikutinya. Tidak sedikit air mata yang dikucurkannya. Namun pada akhirnya ia tidak mendapatkan surga itu meski ia telah memiliki karcisnya.

Mengapa demikian? Jawabannya adalah karena ia tidak memegang kunci surga. Kunci surga itu berada di sekitar anak yatim, fakir miskin, anak-anak yang putus sekolah karena tidak punya biaya, orang-orang yang terkapar sakit,  dan orang-orang yang tidak berdaya.
 Rasulullah mengatakan, ambillah kunci surga disekitar mereka. Caranya adalah dengan menjadikan mereka kembali menjadi manusia yang hidup layak. Oleh sebab itu bulan Ramadhan tidak boleh membuat kita asyik dengan kenikmatan spiritual sendiri sehingga mengabaikan orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita.
أرءيت الذي يكذب بالدين فذلك الذي يدع اليتيم ولايحض على طعام المسكين
                                                           
Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah ….
Kita berharap semoga puasa Ramadhan yang sebentar lagi akan kita laksananakan akan dapat membawa kita semua menuju kepada tujuan puncak dari puasa itu sendiri yaitu manusia yang taqwa.      Manusia taqwa adalah manusia yang memiliki kesiapan untuk tunduk dan patuh pada segala tata tertib dan aturan Allah Swt. Manusia taqwa adalah manusia yang selalu mawas diri dan menjaga dirinya dari perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt.
Di dalam surat Al Baqarah ayat 177 sedikitnya ada 3 karakter dasar tentang manusia taqwa. Pertama, mereka memiliki keyakinan dan keimanan yang tangguh. Kedua, memiliki kepedulian dan sensitivitas terhadap penderitaan anak yatim, orang miskin, dan orang yang membutuhkan bantuan. Ketiga, memiliki komitmen untuk menegakkan ajaran Islam baik dalam dimensi ibadah Mahdah (Hablumminallah) maupun dalam dimensi ibadah sosial (Hablumminannas).
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم, بسم الله الرحمن الرحيم:
شهر رمضان الذي أنزل فيه القراءن هدى للناس وبينت من الهدى والفرقان

بارك الله لي ولكم فى القرآن الكريم, ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكرالحكيم, وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هوالسميع العليم. أقول قولي هذا وأستغفرالله العظيم لي ولكم, ولسـآئر المسلمين والمسلمات, والمؤمنين والمؤمنات, فاستغفروه! إنه هوالغفور الرحيم.