بسـم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي بعث نبينا محمدا صلى الله عليه وسلم رحمة للأنام, واختصه بشـريعة سمحة مشتملة على الحكم والأحـكام. أشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شـريك له الملك القدوس السـلام, وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله أفضل الأنام ومصبـاح الظلام. اللهم فصل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله وأصحابه أهل الصدق والكـرام.
أما بعد. فيآ أيها الناس ! اوصيكم ونفسي بتقوى الله, واتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا و أنتم مسلمون.
قال الله تعالى في محكم تنـزيله وهو أصدق القآئلين, أعوذ بالله من الشيطان الرجيم, بسم الله الرحمن الرحيم:هوالله الذي لآإله إلاهو الملك القدوس السـلم المؤمن المهيمن العزيز الجبار المتكبر سبحن الله عما يشركون (الحشر : 23)
Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah ….
Di dalam Al Quran surat Al Ahzab ayat 72, Allagh Swt berfirman :
إنا عرضناالأمانة على السموت والأرض والجبال فأبين أن يحملنها وأشفقن منها وحملها الإنسن إنه كان ظلوما جهولا
Artinya: Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (QS. Al Ahzab;72)
Yang dimaksud dengan kata Amanat pada yang terdapat pada ayat di atas, dijelaskan oleh Imam Qurtubi di dalam tafsirnya Al Jami’ al Ahkam al Quran adalah tugas-tugas, baik tugas-tugas keagamaan maupun tugas-tugas kemanusiaan yang lainnya. Ketika Allah Swt menawarkan amanat tersebut kepada bumi, langit dan gunung-gunung semuanya menolak amanat tersebut karena takut dan khawatir tidak akan mampu menjalankan dan melaksanakannya. Akan tetapi, ketika amanat itu disodorkan kepada manusia, maka dengan senang hati manusia itu menerimanya. Sehingga pada akhir ayat di atas Allah Swt menyatakan bahwa manusia itu merupakan makhluk yang amat zalim dan bodoh, karena mau menerima amanat yang cukup berat tersebut.
Hadhirin, jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah ….
Akhir-akhir ini banyak sekali orang yang mengharapkan dirinya menjadi pemimpin, pejabat, penguasa atau apapun nama dan istilahnnya. Pada umumnya orang melihat posisi pemimipin adalah hanya sebagai sebuah kedudukan yang terkhormat atau sebuah posisi yang asyik dan menyenangkan. Akibatnya banyak orang yang mengejar untuk menjadi seorang pemimpin yang bahkan adakalanya sampai menghalalkan berbagai macam cara untuk mencapai tujuannya tersebut. Mulai dari yang membeli kedudukan dengan uang, menjilat atasan, menyikut pesaing atau teman atau dengan cara-cara lainnya. Yang penting tujuan tersebut bisa diraih. Mereka sepertinya tidak menyadari atau barangkali lupa, bahwa sekecil apapun jabatan dan tingkatannya, yang namanya pemimpin, pejabat, penguasa pasti akan dimintakan pertanggungjawabannya di hadapan Allah Swt. kelak di akhirat.
Rasulullah Saw bersabda:
كُلُّـكُمْ رَاعٍ وَكُلُّـكُمْ مَسْـئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. فَاْلإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئوُلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.
Artinya: “Kamu semua adalah penjaga, dan kamu semua akan dimintakan pertanggungjawabannya atas sesuatu yang dijaganya. Seorang imam (pemimpin) adalah penjaga/penggembala dan kelak akan dimintakan pertanggungjawabannya atas rakyatnya. (HR. Bukhari-Muslim- dari Ibnu Umar)
Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah ….
Jika kita berbicara tentang pemimpin atau kepemimpinan atau jabatan atau apapun namanya ada baiknya kita simak sebuah peristiwa yang dikisahkan oleh Abu Musa Radliallahu ‘anhu. Abu Musa Radliallahu ‘anhu berkata :”Aku dan dua orang laki-laki dari kaumku pernah datang menemui Rasulullah Saw. Kemudian salah seorang dari keduanya berkata: ”Wahai Rasulullah, angkatlah kami sebagai pemimpin”. Kemudian teman yang satunya lagipun meminta hal yang sama kepada Rasulullah. Setelah mendengar permintaan kedua orang tersebut Rasulullah Saw. kemudian bersabda :
إِناَّ لاَ نُوَلّي هَذَا مَنْ سَـأَلَهُ وَلاَ مَنْ حَرَصَ عَلَيْهِ
Artinya : “Kami tidak akan menyerahkan kepemimpinan ini kepada orang yang memintanya dan tidak pula kepada orang yang berambisi untuk mendapatkannya”. (HR. Bukhari)
Inti dari maksud hadits di atas adalah bahwa orang yang memangku jabatan karena permintaannya maka urusan orang tersebut akan diserahkan kepada dirinya sendiri dan tidak akan ditolong oleh Allah Swt. Rasulullah pernah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah: “Bila engkau diberi tanpa memintanya niscaya engkau akan ditolong oleh Allah Swt. dengan diberi taufik kepada kebenaran. Namun sebaliknya jika diserahkan kepadamu sebuah jabatan karena permintaanmu niscaya seluruh urusan dan tanggungjawab akan dibebankan penuh kepadamu.”
Ma’asyiral muslimin, jama’ah Jum’at rahimakumullah ….
Ada sebagian masyarakat yang mengatakan bahwa boleh meminta jabatan dan kedudukan. Mereka menggunakan dalil tentang kisah Nabi Yusuf As. yang pernah meminta jabatan sebagai bendaharawan kerajan kepada penguasa Mesir pada saat itu. Hal ini seperti yang dikisahkan di dalam Al Quran surat Yusuf ayat 55 yang berbunyi:
قال اجعلنى على خزآئن الأرض إنى حفيظ عليم
Artinya: "Jadikanlah Aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya Aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".
Dalam menanggapi ayat di atas, pengarang kitab Tafsir Al Karimirrahman mengatakan bahwa, permintaan Nabi Yusuf As. ini bukan karena ambisi ataupun keinginan pribadi beliau untuk memegang jabatan sebagai bendahara kerajaan. Namun permintaan beliau untuk dijadikan sebagai bendahawan negara karena semata untuk memberikan kemanfaatan kepada manusia secara umum dan beliau melihat bahwa dirinya memang memiliki kemampuan, mempunyai kapasitas dan kapabilitas serta kecakapan untuk memangku jabatan tersebut. Selanjutnya Imam Asy Syaukani dalam kitabnya Nailul Authar dalam mengomentari ayat di atas mengatakan bahwa: Nabi Yusuf As. meminta jabatan tersebut karena adanya kepercayaan, adanya dorongan, dan adanya dukungan dari para nabi yang nota bene (yang pasti dan nyata) para nabi terebut merupakan orang-orang yang ma’shum (orang-orang yang terpelihara dari hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt). Para nabi yang ma’shum tersebut memberikan kepaercayaan kepada Nabi Yusuf As. yang juga sebagai seorang nabi, seorang yang ma’shum. Lebih jelasnya adalah mempercayakan kepercayaan, mempercayakan amanat dan tanggungjawab kepada orang yang terpercaya dan bertanggungjawab.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah Jum’at rahimakumullah ….
Pada masa sekarang ini ada baiknya kita belajar tentang bagaimana caranya kita untuk mencari seorang pemimpin, seorang pejabat, penguasa atau apapun nama dan istilahnnya. Di dalam QS. Al Hasyr ; 22 Allah swt berfirnan:
هوالله الذي لآإله إلاهو الملك القدوس السـلم المؤمن المهيمن العزيز الجبار المتكبر سبحن الله عما يشركون (الحشر : 23)
Artinya : Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, raja, yang Maha suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Dari ayat di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa seorang pemimpin, raja, pejabat, penguasa atau apapun nama dan istilahnnya haruslah memiliki sifat Al Quddus, suci. Dalam arti orang tersebut memiliki budi pekerti yang baik, akhlak yang baik, keilmuan yang baik, perbuatan yang baik. Jika seorang pemimpin sudah memiliki sifat ini maka akan terciptalah As Salam, ia akan mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat atau orang yang dipimpinnya. Setelah sifat As Salam, setelah masyarakat yang pimpinnya sejahtera maka akan tercipta Al Mu,min, keamanan dan ketenangan.
Hadirin, Jama’ah Juma’t yang dimuliakan Allah ….
Mudah-mudahan para pemimpin kita di negeri ini nanti, mulai dari yang terrendah sampai yang tertinggi, mulai dari pemimpin di tingkat daerah sampai tingkat pusat adalah para pemimipin yang selalu mendapat petunjuk dan tuntunan dari Allah Swt, pemimpin yang amanah, pemimpin yang melaksanakan keadilan, pemimpin yang mencintai dan dicintai, pemimpin yang dapat memberikan kesejahteraan, keselamatan dan dapat memberikan rasa aman kepada masyarakatnya. Amin Ya Robbal ‘alamin.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم, بسم الله الرحمن الرحيم:
إن الله يأمركم أن تؤدوا الأمنت إلى أهلها وإذا حكمتم بين الناس أن تحكموا بالعدل إن الله نعما يعظكم به إن الله كان سميعا بصيرا
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar